Bali selama ini mengembangkan wisata budaya yang didukung oleh lingkungan yang eksotik, seperti kaldera Gunung Batur, Danau Beratan, Tanah Lot dan lain-lain. Kondisi ini rentan pada aspek. Semua itu merupakan situs budaya warisan leluhur, bukan karya saat ini, hanyalah fasilitas akomodasi untuk para turis, sehingga, bila lingkungan terganggu, maka terhancam pula industri wisata Bali itu. Dalam pariwisata Bali perlu dibangun terobosan yang bersifat demonstration effect, (perubahan tanpa paksaan), melalui integrasi yang bersifat anti cultural animosity (tidak saling meniadakan). Pada aspek inilah Perguruan Tinggi memegang peranan penting, khususnya mahasiswa.
Sebuah terobosan hendak dipaparkan dalam program Bina Desa ini adalah, kemasan agrowisata tanaman anggur yang ada di Desa Banjar, sebagai paket wisata terintegrasi dengan wisata bahari dengan Pantai Lovina, sejauh ini belum pernah terjadi sehingga petani anggur terpinggirkan dari hingar bingarnya industri pariwisata, sebab selama ini penataan dan managemen tak pernah melibatkan petani anggur. Potensi terobosan ini sangat besar peluangnya, dengan beberapa argumentasi, yaitu : (1) Desa Banjar merupakan salah satu desa dengan puluhan tahun sebagai penghasil anggur di kabupaten Buleleng Bali, namun tidak banyak berubah secara ekonomi. (2) Desa dengan kebun anggur itu, lokasinya dekat dengan obyek wisata Lovina, yang sangat eksotik laut pagi hari dengan ‘tarian lumba-lumbanya” (3) Hasil kebun anggur belum menjadi makanan olahan untuk menunjang pariwisata seperti fermentasi wine.
Harapan untuk membuat petani anggur lebih berperan adalah lewat revitalisasi dengan mengembangkan ‘kebun anggur menjadi Agrowisata yang terintegrasi. Ketercapaian ide ini berpotensi besar karena, pertama ada lima 5 Desa yang memiliki kebun anggu di kecamatan Banjar, yaitu Desa : Temuhun, Dencarik, Banjar, Tampekan dan Tegehe. Luas areal perkebunan anggur sekitar 500,5 hektar.dengan jumlah pohon sebanyak 210.619 pohon. Desa Banjar terletak sekitar 2 km dari ibu kota Kecamatan Banjar dan 15 Km dari ibu kota kabupaten Buleleng (Singaraja) kelompok petani anggur Amerta nadi. Berdiri sejak tahun 2006, memiliki anggota sebanyak 35 orang, dengan tingkat pendidikan rata-rata SD 70%, SMP 25 %, SMA 4% dan PT 1%.
Permasalahan yang diahadapi oleh petani anggur Amerta Nadi adalah (1) perubahan musim sehingga produksinya rendah, banyak petani anggur menjual kebunnya untuk dijadikan Villa, dan pemukiman lainnya, sehingga petani menjadi miskin di daerahnya sendiri, (2) kebun yang luas belum dimanfaatkan untuk agrowisata, karena konsep agrowisata belum diketahui dengan baik oleh para petani, (3) pelaku pariwisata yang ada Lovina lebih mengutamakan menjual pantai (wisata tirta), tanpa atraksi lain. Untuk membuka agrowisata kebun anggur analisis kebutuhan serta pengembangan paket wisata yang terintegrasi dengan paket wisata yang telah ada di Lovina saat ini. Titik kritisnya adalah pada penataan kebun anggur, dan pengaitannya dengan yang sudah ada.
Oleh karena itulah, Program PHBD yang diusulkan oleh BEM FMIPA UNDIKSHA memfokuskan pada upaya revitalisasi petani Anggur agar dapat menjadi ruang Agrowisata kebun Anggur sebagai alternatif tambahan dari wisata bahari yang telah dikembangkan di pantai Lovina saat ini.Hal ini juga didasarkan pada konsep agrowisata memiliki efek positif dari sisi pendapatan dan manajemen produksi tanaman, sehingga diperlukan analisis untuk menentukan jumlah optimal wisatawan untuk memaksimalkan pendapatan perkebunan
0 komentar:
Posting Komentar