Pages

Jumat, 11 Desember 2015

ANALISIS KUALITATIF ZAT ORGANIK

ANALISIS KUALITATIF ZAT ORGANIK

I Putu Pandu Setiawan
Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Abstrak
Analisis kualitatif sangat banyak kegunaannya untuk mengidentifikasi zat yang belum diketahui. Untuk mengidentifikasi zat organik yang belum diketahui dalam hal ini berupa sampel cair unknown 3 dimulai dengan penentuan sifat fisika dengan mengamati titik leleh dan bentuk kristal untuk zat padat sedangkan titik didih dan indeks bias untuk zat cair. Kemudian mengidentifikasi gugus fungsional dilakukan dengan beberapa tes dengan hasil positif pada tes Baeyer dan tes Bromin yang mendeteksi ketidakjenuhan, tes asap yang mendeteksi aromatis (cincin benzen), tes asetil klorida yang mendeteksi gugus hidroksi, tes Tollen yang mendeteksi gugus aldehid dan tes pembentukan ester yang mendeteksi gugus karboksil.  Dari hasil tes-tes tersebut diprediksi sampel unknown no. 3 merupakan senyawa aldehid Aromatik Keton. Untuk memperkuat hasil prediksi digunakan uji 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNP), Iodoform dan Uji Asap yang menunjukkan senyawa tersebut adalah benzofenon.
Kata kunci : Derivat,Gugus Fungsional, Sifat fisika.

                                                                                             Abstract                  
Qualitative analysis is very much usefulness to identify unknown substances. To identify unknown organic substances in this case a unknown liquid sample 3 begins with determination of physical properties by observing the melting point and crystal shape for solids while the boiling point and refractive index for liquids. Then identify the functional groups carried by several tests with positive results on Baeyer tests and Bromine test that detects unsaturation, smoke tests that detect aromatic (benzene ring), acetyl chloride test which detects a hydroxy group, Tollen test  that detects aldehyde group and the ester formation tests that detect the carboxyl group. no. 3 is an aldehyde compound Aromatic Ketones. To strengthen the prediction results used test 2,4-dinitrophenylhydrazine (2,4-DNP), Iodoform and Test smoke that indicates the compound is benzophenone.
Keyword : Derivatives, Functional Groups, Physical Properties.



PENDAHULUAN
Analisis kualitatif merupakan analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui. Dalam analisis kualitatif dihadapkan pada sampel yang tidak diketahui. Analisis kualitatif sangat banyak kegunaannya untuk mengidentifikasi zat yang belum diketahui. Lebih dari 3 juta zat organik yang telah diidentifikasi, sebagian besar dari zat tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya. Hal ini dimungkinkan karena sifat fisika dan sifat kimia zat dapat ditentukan oleh gugus fungsi yang ada pada zat itu. Sebelum penentuan rumus struktur zat organik, penentuan sifat fisika, analisis unsur, identifikasi gugus fungsional dan penentuan derivat zat organik merupakan tahap yang penting (Frieda Nurlita dan I Wayan Suja, 2004).
            Penentuan sifat fisika diawali dengan mengamati warna, bau, wujud, kelarutan, dan sifat khusus lainnya, meliputi titik leleh dan bentuk kristal untuk zat padat sedangkan titik didih dan indeks bias untuk zat cair.  Sampel yang didiidentifikasi adalah sampel organik cair unknown (sampel 3) yang berarti diawali dengan penentuan titik didih sampel unknown no.3  tersebut. Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap diatas permukaan zat cair sama dengan tekanan udara luar. Penentuan titik didih zat cair secara makro biasanya dilakukan pada waktu memurnikan zat cair tersebut dengan menggunakan alat destilasi sederhana. Namun, dalam analisis biasanya zat yang tersedia sedikit, sehingga dilakukan pemeriksaan titik didihnya dengan cara mikro. Titik didih dipengaruhi oleh tekanan udara.. Pada tekanan yang lebih besar maka titik didihnya juga lebih tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Jadi ketika menganalisis titik didih suatu zat cair, tekanan udara disekitar tempat tersebut harus disesuaikan. Titik leleh juga digunakan ketika membuat derivat dari senyawa yang akan diidentifikasi. Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi cairan pada tekanannya satu atmosfer. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati sebab temperatur saat pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah meleleh semuanya yang biasanya pada interval tidak lebih dari 1°C . Jika zat padat yang diamati tidak murni , maka akan terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan perluasan range titik leleh.
            Setelah melakukan penentuan titik didih dan titik leleh dilanjutkan dengan analisis unsur dan identifikasi gugus fungsional yang terkandung dalam sampel unknown. Namun, karena bahan yang tidak tersedia di laboratorium maka analisis unsur tidak dilakukan dan dilanjutkan dengan identifikasi gugus fungsi. Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu senyawa dan berperan memberikan sifat khas dan berpengaruh pada sifat fisik  dan kimia senyawa tersebut. Senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama. Ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon-oksigen dalam senyawa organik biasanya tidak reaktif karena non polar. Golongan polar membentuk bagian yang reaktif dalam suatu molekul organik yaitu gugus fungsional tersebut. Misal, alkohol adalah suatu golongan senyawa yang mengandung gugus fungsi hodroksil (-OH) terikat pada karbon. Semua alkohol mempunyai reaksi kimia yang sama karena mengandung gugus fungsional ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap gugusan fungsional, sebab lebih reaktif daripada ikatan tunggal karbon-karbon.
            Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang terdapat dalam suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang spesifik, yaitu reaksi kimia yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus fungsi tertentu dan tidakdapat bereaksi dengan gugus fungsi yang lain. Masing-masing senyawa organik memiliki sifat tertentu yang bergantung pada gugus fungsional yang dimilikinya. Beberapa senyawa dengan gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang sama atau.
            Gugus fungsi tertentu bereaksi hanya dengan pereaksi tertentu dengan memberikan gejala yang khas, karena itu gugus fungsi menjadi ciri suatu kelompok senyawa dan dapat dikenali dengan peraksi pengenalnya. Beberapa tes/uji identifikasi gugus fungsi yaitu, tes baeyer dan tes bromin untuk mendeteksi ketidakjenuhan, tes asap untuk mendeteksi alifatis atau aromatis, tes serat amonium-nitrat dan tes asetil-klorida untuk mendeteksi gugus hidroksi senyawa alkohol, tes feriklorida untuk mendeteksi gugus fenolat, tes fehling dan tes tollen untuk mendeteksi gugus aldehid, tes DNP dan tes iodoform untuk mendeteksi gugus keton, dan yang terakhir tes pembentukan ester untuk mendeteksi gugus karboksil.
Setelah praktikum penentuan sifat fisika dan identifikasi gugus fungsional dilakukan, sampel unknown no.3 sudah dapat diprediksi. Untuk lebih meyakinkan maka di uji kembali dengan membuat derivat atau turunan dari senyawa yang telah diprediksi yaitu derivat aldehid dan keton dengan menggunakan uji 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNP).

METODE
Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sampel organik padat, larutan KMnO4 alkalis, larutan Br2, larutan serat amonium nitrat, larutan asetil klorida, larutan amonia, etanol, larutan FeCl3, Larutan Fehling A, larutan Fehling B, Larutan HCl encer, larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin, padatan KI, larutan NaHCO3, larutan etil alkohol, larutan jenuh hidroksilaminhidroklorida, larutan KOH, campuran kupriasetat, larutan HNO2, larutan CCl4, larutan AgNO3, larutan NaOH, padatan I2 dan larutan asam sulfat pekat.

Alat
Terdapat beberapa alat yang perlu disiapkan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain pipa kapiler, spatula, kaca arloji, bunsen, kertas saring, balok logam, penjepit kayu, tabung reaksi kecil, pemanas, gelas ukur,  termometer, statif dan klem, tabung reaksi dan rak, pipet tetes, corong kaca, mortal dan alu, labu leher panjang, gelas kimia dan neraca analitik.

Prosedur kerja
Pada pengujian titik leleh , sampel unknown 3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu tabung reaksi dimasukkan ke dalam Thiele yang telah berisi minyak goreng. Masukkan termometer ke dalam tabung reaksi. Panaskan Thiele dengan api kecil, catat suhu pada saat uap sampel terkondensasi, itulah titik didih cairan tersebut.
Ketidakjenuhan dapat dideteksi dideteksi dengan dua tes yaitu tes Baeyer dan tes Bromin. Pada tes Baeyer sedikit larutan sampel unknown 3 dalam air atau alkohol ditambahkan larutan Baeyer tetes demi tetes sambil dikocok (positif jika warna larutan KMnO4 memudar). Lalu pada tes Bromin sedikit sampel unknown 3 dilarutkan dalam CCl4 dan ditambahkan larutan Br2 5% dalam CCl4 tetes demi tetes. (positif jika warna coklat berubah menjadi tak berwarna).
Untuk mendeteksi alifatis atau aromatis suatu senyawa organik dapat digunakan tes asap dengan menaruh sedikit sampel unknown pada spatula, lalu panaskan pada nyala bunsen dalam lemari asam. (positif jika terbentuk asap)
Ada atau tidaknya gugus hidroksi pasa suatu senyawa organik dapat di deteksi menggunakan tes serat amonium-nitrat dan tes asetil-klorida. Pada tes serat amonium-nitrat, sedikit sampel unknown 3 ditambahkan larutan serat-amonium-nitrat tetes demi tetes. (positif jika muncul warna merah). Sedangkaan pada tes asetil-klorida sedikit sampel unknown 3 ditambahkan 2-3 tetes asetilklorida, yang akan dihasilkan gas. (positif jika gas yang dihasilkan apabila didekatkan dengan larutan amonium pekat menghasilkan asap putih).
Untuk mendeteksi gugus fenolat digunakan tes Feriklorida dengan melarutkan sedikit sampel dalam alkohol kemudian ditambahkan tetes demi tetes FeCl3. (positif bila terjadi perubahan warna menjadi ungu, biru, hijau, atau merah anggur).
Gugus aldehid pada suatu senyawa organik dapat di deteksi dengan menggunakan tes Fehling dan tes Tollen. Pada tes Fehling sedikit larutan larutan Fehling A (CuSO4 dalam asam asetat) dicampu dengan larutan Fehling B (garam Rochelle dalam larutan NaOH), kemudian ditambahkan sedikit sampel unknown 3 lalu dipanaskan dalam penangas air. (positif bila warna biru larutan secara perlahan berubah menjadi endapan merah bata dari Cu2O). Sedangkan pada tes Tollen, pereaksi tollen ditambahkan sedikit sampel unknown B dan dipanaskan dalam penangas air. (positif bila terbentuk cermin perak pada dinding tabung).
Keberadaan gugus keton dalam suatu senyawa organik dapat dideteksi menggunakan tes DNP dan tes Iodoform. Pada tes DNP, sedikit sampel unknown B dilarutkan dalam HCl encer kemudian ditambahkan larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNP) lalu kocok campuran. (positif jika terbentuk endapan). Sedangkan pada tes Iodoform, sedikit sampel unknown 3 ditambahkan ke dalam beberapa mL larutan NaOH 10% kemudian sedikit demi sedikit ditambahkan larutan iod dan KI. (positif bila warna coklat hilang dan terbentuk endapan kuning).
Untuk mendeteksi keberadaan gugus karboksil pada suatu senyawa organik digunakan tes pembentukan ester dengan mencampurkan sedikit sampel unknown 3 dengan etilalkohol dan asam sulfat pekat lalu dipanaskan dalam penangas air. (positif bila muncul bau harum buah).

Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berdasarkan penilitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil pengujian sampel unknown
Jenis pengujian
Hasil
Penentuan Titik Leleh
Uji Ketidakjenuhan
Uji Asap (Aromatik)
Uji gugus hidroksi
Uji gugus fenolat
Uji gugus aldehida
Uji gugus keton
Uji gugus karboksil
Uji gugus ester
Uji gugus nitro
480C
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif  
Negatif
Negatif

Pembahasan
            Pada penentuan titik leleh ini, sampel yang digunakan adalah sampel padat unknown no 3. Hasil percobaan, menyatakan bahwa sampel padat unkwon mulai meleleh pada suhu 48OC dan meleleh seluruhnya pada suhu 49oC. ini berarti titik leleh sampel padat unkwon sekitar adalah 48oC.
            Mendeteksi ketidakjenuhan atau kandungan ikatan rangkap suatu senyawa organik bisa dilakukan dengan dua cara Tes Baeyer dan Tes Bromin. Sampel yang digunakan adalah sampel padat unknown 3. Untuk tes Baeyer, sampel unknown dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol. Kemudian diteteskan larutan Baeyer (KmnO4 alkalis) sambil dikocok. Hasilnya warna KmnO4 tidak memudar. Tidak memudarnya warna KmnO4 menandakan bahwa pada sampel padat unknown tidak mengandung ikatan rangkap atau ketidakjenuhan.
            Kemudian untuk Tes Bromin, sampel padat unknown dilarutkan terlebih dahulu dalam CCl4. Setelah itu ditambahkan Br2 tetes demi tetes sambil dikocok. Ketika dilarutkan dalam CCl4, menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan. Namun setelah diteteskan Br2 warna kuning kecoklatan itu tidak mengalami perubahan warna. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada sampel padat unknown tidak mengandung ikatan rangkap atau ketidakjenuhan.
Dalam uji alifatis atau aromatis senyawa organik padatan unknown sampel 3 digunakan tes asap. Sampel 3 dalam bentuk serbuk padatan dan berwarna putih. Ketika dipanaskan, pada sampel unknown timbul asap hitam dan padatan meleleh. Hal ini disebabkan pada sampel unknown terdapat cincin benzena (aromatis) yang sangat stabil dan sulit untuk dioksidasi. Oleh karena itu, ketika proses pemanasan atau pembakaran dari sampel unknown timbul asap hitam, karena terjadi proses pembakaran yang tidak sempurna sebagai akibat dari adanya cincin benzena yang stabil dan sulit dioksidasi. Jadi dapat disimpulkan pada sampel unknown mengandung cincin benzene (aromatis).
Untuk deteksi gugus karboksil ini, zat yang akan diuji adalah sampel padat unknown no 3 sedangkan untuk zat penguji adalah Natrium Bikarbonat (NaHCO3) jenuh. Ketika Natrium Bikarbonat ditambahkan pada sampel padat unknown,  tidak timbul gelembung –gelembung gas. Tidak timbulnya gelembung gas menandakan bahwa pada sampel padat unknown tidak mengandung gugus karboksil.
Untuk identifikasi gugus Keton, zat yang digunakan sebagai sampel adalah sampel padat unknown no 3. Sedangkan zat pengujinya adalah 2,4-dinitrofenilhidrazin.
            Sebelum diteteskan dengan 2,4-DNP terlebih dahulu sampel ditambahkan dengan HCl encer. Kemudian barulah ditambahkan dengan 2,4 –DNP. Hasilnya larutan berwarna oranye dan timbul endapan setelah dikocok. Ini menandakan bahwa sampel positif mengandung gugus keton .
            Selain dengan tes DNP, deteksi gugus keton bisa juga dilakukan dengan uji Iodoform yang tentu hasilnya akan lebih spesifik daripada tes DNP. Larutan yang digunakan sebagai penguji adalah larutan Iod dalam KI. Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 0,25 gram I2 dan 0,5 gram KI dalam 2 mL air. Warna larutan berubah menjadi merah kehitaman. Untuk zat yang akan diuji gugus ketonnya adalah sampel padat unknown no 3. Sebelum ditambahkan larutan Iod, sampel terlebih dahulu dilarutkan ke dalam larutan NaOH 10%., warna zat menjadi merah kecoklatan Setelah itu ditambahkan tetes demi tetes larutan Iod. Hasilnya warna coklat menghilang dan terbentuk endapan berwarna kuning kecoklatan. Berarti sampel mengandung gugus keton.
            Untuk deteksi aldehida, dalam praktikum ini digunakan dengan pereaksi Fehling . Sampel yang digunakan adalah sampel padat unknown no 3
            Untuk uji Fehling, sebelumnya dicampurkan terlebih dahulu larutan Fehling A dan Fehling B. Dimana terbentuk larutan berwarna biru. Lalu ditambahkan sampel ke dalam campuran larutan Fehling tersebut dan dipanaskan. Ketika dicampurkan dengan sampel, warna larutan yang semula biru ketika dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. Yang berarti pada sampel negatif mengandung gugus aldehida.
Identifikasi gugus fenolat, sampel yang digunakan adalah sampel padat unknown no 3. Uji gugus fenolat dilakukan dengan melakukan tes Feriklorida dengan menggunakan FeCl3. Sebelum FeCl3 ditambahkan pada larutan sampel, terlebih dahulu sampel dilarutkan dalam etanol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, sampel yang sudah dicampur dengan etanol ketika ditetesi dengan FeCl3 warna larutan sampel yang semula berwarna orange tetap tidak berubah warna. Ini, menandakan bahwa sampel negative  mengandung gugus fenolat.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui bahwa sampel padat mengandung gugus keton, sehingga dapat dicari literatur titik didih senyawa keton. Di bawah ini disajikan gambar dari tabel titik leleh senyawa keton
Tabel 3. Titik leleh senyawa keton
Nama IUPAC
Titik Leleh (0C)
2-propanon
2-butanon
2-pentanon
3-pentanon
2-heksanon
3-heksanon
2-heptanon
3-heptanon
4-heptanon
Asetofenon
Propiofenon
Benzofenon
-95
-86
-78
-41
-57

-36
-39
-34
21
21
48
(sumber: Wade,2013)
Dari literatur di atas, dapat dilihat bahwa senyawa keton yang memiliki titik leleh 480C adalah benzofenon. Setelah didapatkan kandidat senyawa sampel, selanjutnya diuji dengan uji yang hasilnya positif yaitu kearomatisan. Berdasarkan teori benzofenon adalah senyawa aromatis. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur benzofenon.
 






Gambar 1. Rumus struktur Benzofenon
Dari gambar struktur di atas, dapat pula ditentukan ketidakjenuhannya. Secara teori benzofenon adalah senyawa yang jenuh. Hal ini sudah sesuai dengan hasil uji pada pengujian ketidakjenuhan yang memberikan hasil negatif yang berarti sampel yang diuji adalah senyawa jenuh.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisa secara kualitatif dari segi sifat fisika (titik leleh), analisa terhadap unsur-unsur yang terkandung, dan analisa terhadap gugus fungsional, maka dapat disimpulkan bahwa sampel unknown 3 merupakan senyawa organik golongan keton dengan nama IUPAC benzofenon dengan struktur senyawa sebagai berikut.

 






UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si., selaku dosen pengampu, Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd., laboran Jurusan Pendidikan Kimia, Dewi Wirmandiyanthi, selaku asistan dosen atas arahan dan bimbingan selama melakukan praktikum dan Ni Putu Candra Mahayani serta Ni Made Willy Larashati Anastasia selaku rekan satu kelompok atas dukungan dan bantuannya dalam praktikum maupun dalam penyelesaian artikel ini.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Diakses pada tanggal 12 September dari situs http://www.scrib.com/doc/36166088/PRAKTIKUMKOKIMIA-I
Anwar, Chairil., Bambang Purwono., Harno Dwi Pranowo., Tutik Dwi Wahyuningsih. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud
Frieda Nurlita, I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
I Wayan Muderawan, I Wayan Suja. 2006. Praktikum Kimia Organik. Singaraja: Universitas Pendidikan Singaraja
I Wayan Muderawan, I Wayan Suja. 2008. Praktikum Kimia Organik. Singaraja :Universitas Pendidikan Ganesha

Wade, L. G. 2013. Organic Chemistry 8th edition. Singapore:Pearson Education, Inc

0 komentar:

Posting Komentar