Pages

Jumat, 11 Desember 2015

SINTESIS SIKLOHEKSENA DARI SIKLOHEKSANOL MELALUI REAKSI ELIMINASI

SINTESIS SIKLOHEKSENA DARI SIKLOHEKSANOL MELALUI
REAKSI ELIMINASI

I Putu Pandu Setiawan
Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: pandupendog45@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hasil reaksi eliminasi sikloheksanol dan menghitung rendemennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan analisis kuantitatif. Objek penelitian ini adalah sampel cair tidak berwarna dari sikloheksanol. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hasil reaksi eliminasi sikloheksanol adalah sikloheksena dengan indeks bias 1,415. Persentase rendemen sikloheksena adalah 32,51%.

Kata kunci: reaksi eliminasi, sikloheksanol, sikloheksena

Abstract
                This experiment aim to identifying the results of elimination reaction of cyclohexanol and calculate the yield . The method used in this study is experimental method by a quantitative analysis. The object of this study was  a colorless liquid samples from cyclohexanol. Results from the study showed that the results of elimination reaction of cyclohexanol is cyclohexene with a refractive index of 1.415 . Cyclohexene yield percentage was 32.51 % .

Keywords: elimination reaction, cyclohexanol, cyclohexane




PENDAHULUAN
Reaksi eliminasi merupakan reaksi yang umum digunakan untuk menghasilkan ikatan rangkap, sehingga dapat dikatakan kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi eliminasi ikatan tunggal diubah menjadi ikatan rangkap dengan mengeliminasi dua gugus yang berdekatan. Pada reaksi eliminasi, dua atau empat atom gugus yang terikat pada atom berdekatan dari molekul substrat akan dieliminir, sehingga terbentuk ikatan rangkap. Reaksi eliminasi dalam senyawa organik akan bersaing dengan reaksi substitusi nukleofilik, sehingga nantinya akan terbentuk dua produk yaitu produk mayor dan produk minor yang mengikuti aturan Sayzeff (produk utama yang dihasilkan adalah alkena tersubstitusi lebih banyak) dan akan bergantung dari kekuatan pereaksi dan pelarutnya. Reaksi eliminasi terdiri dari reaksi eliminasi bimolekuler (E2) dan reaksi eliminasi unimolekuler (E1)(Suja & Muderawan, 2003).
   Alkohol bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa alkalis. Adanya pasangan elektron mandiri pada atom oksigen mengakibatkan gugus-OH bersifat basa lemah. Oksigen dapat menyumbangkan dua elektron kepada proton yang mengalami kekurangan elektron. Berbagai jenis alkohol bisa mengalami dehidrasi dengan asam membentuk alkena melalui jalur mekanisme yang berbeda. Namun secara umum pada setiap reaksi dehidrasi, gugus -OH dalam alkohol menyumbangkan dua elektron untuk H+ dari pereaksi asam, membentuk ion alkyloxonium. Ion inilah yang bertindak sebagai gugus lepas yang baik sehingga terbentuk karbokation. Dalam dehidrasi alkohol dengan asam mineral kecepatannya berbeda tergantung dari struktur alkohol. Adapun urutan dari kecepatan relatif struktur alkohol adalah(Suja & Nurlita, 2000):
alkohol tersier > alkohol sekunder > alkohol primer
Salah satu senyawa organik yang dapat mengalami reaksi eliminasi adalah sikloheksanol.  Gugus perginya adalah gugus hidroksi dimana terikat pada C sekunder.  Sikloheksanol merupakan zat organik yang berupa cairan dimana memiliki titik didih 161oC. Sikloheksanol apabila mengalami reaksi eliminasi akan menghasilkan produk berupa sikloheksena akibat perginya gugus hidroksi dan pengurangan proton dari karbon-β. Untuk menghasilkan produk berupa alkena (sikloheksena) maka digunakan suatu asam kuat dalam pelarut air sebagai pereaksinya. Apabila anion asam yang digunakan berupa nukleofil yang baik seperti ion halida maka akan memungkinkan terjadinya persaingan antara produk reaksi eliminasi dan produk reaksi substitusi. Apabila anion asam merupakan oksidator yang baik, alkohol atau produk yang dihasilkannya dapat mengalami oksidasi seperti halnya asam kromat akan mengoksidasi alkohol(Nurlita &Suja, 2004). Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk eliminasi saja, maka digunakan asam kuat dengan anion yang tidak menyebabkan terjadinya reaksi substitusi seperti asam fosfat (H3PO4) (Anwar, 1994). Katalis asam berfungsi untuk memprotonasi gugus OH sehingga menjadi gugus lepas yang lebih baik yaitu H2O. Dengan lepasnya gugus H2O dihasilkan karbokation yang kemudian melepaskan proton untuk menghasilkan alkena.
            Reaksi antara sikloheksanol dengan asam fosfat hanya akan menghasilkan satu produk yaitu produk eliminasi berupa sikloheksena sekitar 84%.
Mekanisme reaksi pembentukan sikloheksena dari sikloheksanol yang melepaskan molekul air dengan bantuan katalis asam fosfat adalah sebagai berikut.
-H+
 
            Pasangan elektron yang terdapat pada atom O gugus hidroksi menyerang H+ yang berasal dari ionisasi asam fosfat. Penyerangan ini akan menyebabkan terbentuknya atom O bermuatan positif yang mengikat 2 atom H. Selanjutnya adalah pelepasan molekul H2O sehingga menyebabkan terbentuk ion karbonium sekunder. Muatan positif ini nantinya akan dinetralkan dengan pelepasan proton/H+ dimana H ini berasal dari karbon-β sehingga lepas menjadi H+ dan rantai tunggal berubah menjadi rantai ikatan rangkap dua (sikloheksena). Berdasarkan mekanisme ini, dapat dikatakan bahwa H+ bersifat sebagai katalis karena di akhir setelah produk berupa sikloheksena terbentuk akan dilepaskan H+ kembali. Dalam reaksi ini akan terbentuk sikloheksena dan air.
Destilasi fraksinasi adalah salah satu teknik pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih komponen dalam campuran yang perbedaan titik didihnya tidak terpaut jauh(Wiratma, Selamat, Sastrawidana, 2003). Destilasi jenis ini digunakan untuk memisahkan sikloheksena dari produk eliminasi lainnya yaitu air karena titik didih komponen tersebut berdekatan, yaitu sikloheksena 83oC dan air 100oC, sehingga sikloheksena akan terlebih dahulu menguap dan terkondensasi menjadi cairan sikloheksena sedangkan air tetap menjadi residu.

METODE
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik jurusan Pendidikan Kimia UNDIKSHA pada tanggal 20 Oktober 2015 . Adapun metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan analisis kuantitatif.

Alat dan Bahan
            Terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain spatula, pipet tetes, gelas ukur, batu didih, labu dasar bulat, mantel/flot stirer, magnetik stirer, kolom fraksinasi, adapter destilasi, termometer, kondensor, labu dasar bulat/erlenmeyer, statif dan klem, gelas kimia, corong pisah, dan refraktometer.
            Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah, sikloheksanol, asam fosfat 85%, air es, ksilena, aquades, dan zat anhidrous.

Prosedur Kerja
Metode dari penelitian ini adalah metode eksperimen dengan analisis data secara kuantitatif.  Pertama, sebanyak 10 gram sikloheksanol, 5 mL asam fosfat 85% dan batu didih dimasukkan ke dalam labu didih, kemudian dikocok agar bercampur. Kemudian kolom fraksinasi dipasangkan di atas labu tersebut kemudian dihubungkan dengan adapter destilasi, pendingin, dan termometer. Destilasi dilakukan sampai residu tinggal 2,5 mL – 5 mL. Hasil reaksi didinginkan dengan penangas es untuk mengurangi penguapan. Kemudian biarkan labu dingin, kemudian campurkan 10 mL ksilena ke dalam labu didih amati tinggi lapisan atas campuran tersebut. Destilasi dilanjutkan sampai lapisan atas telah berkurang setengahnya. Destilat dikumpulkan sampai habis dalam corong pisah kemudian dicuci dengan 10 mL air, setelah terpisah dari air dimasukkan ke dalam erlenmeyer keringkan dengan zat anhidrous. Sambil menunggu destilat kering, labu didih, kolom fraksinasi, dan adapter didih dicuci dan dikeringkan. Setelah destilat kering, destilat dimasukkan ke dalam labu didih, alat destilasi dirangkai kembali dan destilasi dilakukan. Titik didih destilat diamati, hasilnya ditimbang dan indeks bias diperiksa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Produk hasil reaksi eliminasi sikloheksanol adalah sikloheksena. Volume sikloheksena yang diperoleh adalah 3,2 mL.
Berikut perhitungan teoritis untuk memperoleh massa sikloheksena.
Vol sikloheksanol        = 10,6 mL
Massa sikloheksanol    = V sikloheksanol x ρ
                       = 10,6 mL x 0,94 g/mL
                       = 9,964 g
Mol sikloheksanol       =
                       =
                       = 0,09964 mol
Persamaan reaksinya yang terjadi yaitu sebagai berikut.
C6H11OH → C6H10 + H2O
Jadi, secara teoritis mol sikloheksanol = mol sikloheksena, maka secara teoritis mol sikloheksena adalah 0,09964 mol.
Massa sikloheksena teoritis = mol x Mr
           = 0,09964 mol x 80 g/mol
           = 7,9712 g
Berdasarkan percobaan volume sikloheksena yang diperoleh yaitu 3,2 mL sehingga massanya menjadi:
Massa sikloheksena = V. Sikloheksena x
                  = 3,2 mL x 0,81 gram/mL
                  = 2,592 gram
% rendemen =  x 100%
                    =  x 100%
        = 32,51 %

Pembahasan
Eliminasi alkohol sekunder akan menghasilkan senyawa alkena dengan melepaskan molekul air. Reaksi eliminasi alkohol ini sering juga dikatakan dengan reaksi dehidrasi yaitu reaksi pelepasan air. Pada reaksi ini molekul senyawa yang berikatan tunggal (ikatan jenuh) berubah menjadi senyawa berikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dengan melepaskan molekul yang kecil. Substrat yang digunakan pada praktikum adalah sikloheksanol sebanyak 10,6 mL. Zat yang digunakan sebagai pengeliminir adalah asam fosfat. ion fosfat merupakan basa lewis kuat, dalam proses ini asam fosfat berperan sebagai katalis. Campuran sikloheksanol dengan asam fosfat dipanaskan dengan tujuan mempercepat dan menyempurnakan reaksi. Reaksi elmininasi sikloheksena merupakan reaksi eliminasi bimolekuler (E2). Reaksi ini berlangsung dalam satu langkah. Pada proses ini terjadi pengurangan proton dari karbon β dan pengusiran gugus pergi yaitu ion OH dari karbon α serta pembentukan ikatan rangkap secara stimultan. Laju reaksi ini dipengaruhi oleh jenis substrat dan kekuatan basa yang digunakan.
Campuran dalam labu yang dipanaskan langsung dihubungkan dengan kolom fraksinasi dan pendingin leibeg. Tujuannya yaitu agar sikloheksena yang terbentuk dapat langsung terpisah dengan campuran. Prinsip pemisahan ini adalah destilasi bertingkat. Sikloheksena memiliki titik didih yang paling kecil sehingga sikloheksena yang pertama kali menetes sebagai destilat. Sedangkan selain sikloheksena seperti air, sikloheksanol, dan asam fosfat yang titik didihnya lebih besar akan menguap tetapi setelah uapnya mencapai kolom fraksinasi uap tersebut mengalami  kondensasi dan turun kembali kecampuran. Suhu yang terukur saat destilat menetes adalah 700C. Suhu ini konstan sampai campuran yang terdapat dalam labu ± 3,5 mL. Pemanasan kemudian dihentikan, destilat didinginkan untuk menghindari penguapan destilat yang diperoleh. Residu kemudian ditambahkan dengan 10 mL ksilena. Ksilena merupakan zat yang bersifat non polar. Penambahan ksilena ini bertujuan untuk mengekstraksi sikloheksena yang mungkin tersisa di dalam residu. Sikloheksena akan larut dalam ksilena karena bersifat non polar. Penambahan ksilena menghasilkan campuran yang saling tidak melarut. Campuran tersebut terdiri dari dua lapisan. Lapisan atas adalah larutan sikloheksena dalam ksilena, sedangkan lapisan bawah adalah air dan asam fosfat. Campuran ini kemudian didestilasi kembali. Destilasi ini bertujuan untuk pemurnian sikloheksena yang diperoleh. Destilasi dilangsungkan sampai volume larutan sikloheksena dalam ksilena tersisa setengahnya. Destilat sikloheksena diperoleh pada suhu konstan pada 820C.
Destilat yang diperoleh dari destilasi di atas kemudian dicuci dengan 10 mL air. Pencucian ini untuk melarutkan ion fosfat yang masih terkandung dalam hasil reaksi. Sikloheksena tidak melarut dengan air sehingga akan terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah adalah air sedangkan lapisan atas adalah sikloheksena. Kedua lapisan ini dipisahkan dengan menggunakan corong pisah. Sikloheksena kemudian ditampung dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan zat anhidrous yaitu CuSO4 untuk mengikat air yang mungkin masih terdapat dalam sikloheksena. CuSO4 anhidrous berwarna putih. Ketika ditambahkan pada sikloheksena terjadi perubahan warna CuSO4 menjadi biru. Perubahan warna ini mengindikasikan bahwa didalam sikloheksena masih ada molekul-molekul air. Penambahan zat anhidrous ini dihentikan saat CuSO4 yang ditambahkan tidak mengalami perubahan warna yang artinya molekul air sudah habis terikat. Kemudian destilat ini kembali didestilasi untuk memurnikan sikloheksena yang terbentuk. Destilat yang dihasilkan tidak berwarna dengan volume 3,2 mL dan konstan pada suhu 780 C.
Titik didih sikloheksena berdasarkan literatur (pada suhu 250C dan  tekanan 1 atm) adalah 830C. Akan tetapi, pada praktikum menunjukkan suhu konstan pada 780C dan merupakan suhu atau titik didih sikloheksena. Terjadinya perbedaan titik didih ini merupakan akibat tekanan udara pada saat praktikum dan suhu ruangan yang tidak sesuai. Sikloheksena memiliki titik didih lebih rendah dari sikloheksanol. Titik didih sikloheksanol adalah 1300C. Hal ini disebabkan dalam sikloheksanol terjadi ikatan hidrogen antarmolekul sedangkan dalam sikloheksena tidak. Ikatan hidrogen dalam sikloheksanol terjadi antara atom O pada gugus OH dengan atom H pada gugus OH molekul sikloheksanol yang lainnya. Ikatan hidrogen ini yang menyebabkan molekul sikloheksanol lebih sulit terlepas dibandingkan dengan sikloheksena. Ikatan hidrogen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Ikatan Hidrogen yang Terjadi pada Molekul Sikloheksanol
Pengukuran indeks bias sikloheksena juga dilakukan untuk meyakinkan bahwa zat yang diperoleh. Indeks bias yang terukur adalah 1,415 sedangkan menurut literatur indeks bias sikloheksena adalah 1,445. Perbedaan indeks bias diakibatkan karena perbedaan suhu standar yang dipakai dengan suhu pada saat praktikum.
Perbedaan massa sikloheksena teoritis dan massa sikloheksena hasil percobaan dapat disebabkan oleh (1) sikloheksena yang terbentuk menguap, yang dideteksi dengan aroma menyengat yang timbul saat destilasi fraksinasi, (2) belum semua sikloheksena teruapkan saat destilasi fraksinasi, (3) kurang optimalnya reaksi antara sikloheksanol dengan asam fosfat sehingga masih terdapat sikloheksanol yang tidak bereaksi.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sintesis sikloheksena dari sikloheksanol dapat dilakukan dengan cara menambahkan asam fosfat ke dalam sikloheksanol. Rendemen sikloheksena yang diperoleh adalah 32,51%.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si., selaku dosen pengampu, Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd., laboran Jurusan Pendidikan Kimia, atas arahan dan bimbingan selama melakukan penelitian dan Ni Putu Candra Mahayani serta Ni Made Willy Larashati Anastasia selaku rekan satu kelompok atas dukungan dan bantuannya dalam penelitian maupun dalam penyelesaian artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., Purwono, B., Pranowo, H. D., Wahyuningsih, T. D. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud
Nurlita, F., & Suja  I W. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Suja, I W., & Muderawan, I W. 2003. Kimia Organik III. Singaraja: IKIP Singaraja
Suja, I W., & Nurlita, F. 2000. Kimia Organik I. Singaraja: STKIP Singaraja

Wiratma, I G. L., Selamat, I N. Sastrawidana, I D. K. 2003. Dasar-Dasar Pemisahan Analitik.Singaraja: IKIP Negeri Singaraja

0 komentar:

Posting Komentar