Pages

Jumat, 11 Desember 2015

SINTESIS SIKLOHEKSANON DARI SIKLOHEKSANOL DENGAN PRINSIP REAKSI OKSIDASI-REDUKSI

sintesis sikloheksanon dari sikloheksanol dengan prinsip reaksi oksidasi-reduksi

I Putu Pandu Setiawan
Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: pandupendog45@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari percobaan ini adalah mengidentifikasi hasil reaksi oksidasi sikloheksanol. Pada reaksi oksidasi sikloheksanol, senyawa sikloheksanol yang termasuk alkohol sekunder dioksidasi dengan oksidator kuat dimana pada percobaan ini digunakan asam kromat yang dibuat dari kalium dikromat dan asam sulfat. Oksidasi ini menghasilkan senyawa keton tepatnya sikloheksanon. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode analisis kuantitaif. Hasil percobaan ini berupa 4 mL larutan sikloheksanon yang didapat melalui destilasi dengan persen rendemen sebesar 65,62%.
Kata kunci: oksidasi-reduksi, sikloheksanol, sikloheksanon

Abstract
The purpose of this experiment is to identify reaction products of oxidation of cyclohexanol. In the oxidation reaction of cyclohexanol, cyclohexanol compound which includes a secondary alcohol is oxidized with strong oxidizing agents which in this experiment made use of chromic acid from potassium dichromate and sulfuric acid. This oxidation produces ketones precise cyclohexanone. The method used in this experiment is a method of quantitative analysis. Results of these experiments in the form of 4 mL of cyclohexanone obtained by distillation with a percent yield of 65.62%.

Keywords: oxidation-reduction, cyclohexanol, cyclohexanone



PENDAHULUAN
Dalam reaksi senyawa-senyawa organik, reaksi redoks dikaitkan dengan transfer oksigen dan hidrogen. Jika suatu senyawa mengikat oksigen atau melepaskan hidrogen maka disebut mengalami oksidasi, sebaliknya jika mengikat hidrogen atau melepaskan oksigen maka disebut mengalami reduksi (Frieda Nurlida, 2000).
Alkohol merupakan salah satu senyawa organik yang dapat mengalami oksidasi.  Berdasarkan atom karbon yang mengikat gugus hidroksil (-OH), golongan alkohol dapat dikelompokkan menjadi: alkohol primer, sekunder, dan tersier. Alkohol primer merupakan alkohol yang gugus OH-nya terikat pada C primer yang jika dioksidasi akan menghasilkan aldehid dan oksidasi lebih lanjut dari aldehid dapat menghasilkan asam karboksilat. Alkohol sekunder merupakan alkohol yang gugus OH-nya terikat pada C sekunder yang jika dioksidasi akan menghasilkan keton. Sedangkan alkohol tersier tidak dapat dioksidasi karena pada karbon pembawa hidroksil tidak mengikat atom hidrogen.
Alkohol primer atau alcohol sekunder dapat dioksidasi oleh asam kromat H2CrO4 atau oleh KMnO4. Asam kromat tidak stabil, oleh karena itu dibuat bila diperlukan. Na atau K-dikromat dalam asam merupakan oksidator yang kuat. Oksidasi alcohol jauh sangat baik dalam suasana asam. Alkohol primer dioksidasi menjadi asam karboksilat, sedangkan alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Krom mengalami reduksi dari +6 menjadi +4 yang tidak stabil kemudian berubah menjadi +3 (Nurlita & Suja, 2004).
            Pembuatan sikloheksanon ini adalah suatu contoh dari oksidasi alkohol sekunder alisiklik menjadi keton alisiklik dengan oksidator kalium dikromat dalam suasana asam.
C6H11OH → C6H10O +  H2O
Walaupun reaksi oksidasi alkohol dengan Cr(VI) paling banyak digunakan, namun dari sudut pandang lingkungan, senyawa Cr(VI) bersifat karsinogen pada sistem pernafasan dan produk tereduksinya, yaitu Cr(III), juga berbahaya dan beracun bagi lingkungan,terutama kalu dibuang bebas ke perairan. Oleh karena itu, sebagai salah satu alternatif yang lebih aman bagi lingkungan, pada percobaan ini oksidasi alkohol sekunder menggunakan larutan 5,25% (0,75 M) natrium hipoklorit, NaOCl, di samping lebih murah harganya dan mudah ditemui di pasaran bebas. Mekanisme reaksi menggunakan natrium hipoklorit ini tidak begitu jelas. Tetapi yang jelas bukan merupakan reaksi radikal bebas; reaksi akan berlangsung lebih cepat dalam suasana asam daripada dalam basa; molekul klor, Cl2, yang bertidak sebagai oksidator; dan asam hipoklorit harus ditambahkan dalam reaksi ini. Pada reaksi ini kemungkinan dapat membentuk senyawa antara ester alkil hipoklorit, dan melalui reaksi eliminasi E2 menghasilkan keton dan ion klorida. Hipoklorit berlebih dengan mudah dapat dihilangkan dengan penambahan senyawa bisulfit; produk akhirnya adalah ion klorida yang jauh kurang toksik dibandingkan Cr(III).
Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut. Dalam laboratorium dan industri alkohol digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya maupun dengan air. Hal ini dapat mengakibatkan titik didih maupun kelarutan alkohol dalam air cukup tinggi. Selain dipengaruhi oleh ikatan hidrogen, kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon.
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus –OH nya terletak pada atom C primer yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain contohnya adalah CH3CH2CH2OH (C3H7O). Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom C yang lain (Fessenden, 1982).
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi, dan esterifikasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang digunakan untuk membedakan antara alkohol primer, sekunder, dan tersier. Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol tersier menolak terjadinya reaksi oksidasi (Fessenden, 1982).
                                               
Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang relatif kuat menjadi keton.
                                     
Suatu oksidator kuat yang umum dapat mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat.
               
                                              

METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik jurusan Pendidikan Kimia UNDIKSHA.

Alat dan Bahan
            Terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain erlenmeyer, gelas kimia, labu dasar bulat, gelas ukur, pipet tetes, kaca arloji, spatula, termometer, neraca analitik, alat destilasi, corong pisah, cawan porselin, pembakar spiritus, dan batang pengaduk.
            Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah K2Cr2O7, asam sulfat pekat, sikloheksanol, asam oksalat, eter, na-bikarbonat, dan zat anhidrous.

Prosedur Kerja
Metode dari penelitian ini adalah metode eksperimen dengan analisis data secara kuantitatif.  Pertama, sebanyak 0,03 mol K2Cr2O7 dilarutkan dalam 40 mL air pada Erlenmeyer 100 mL lalu dengan hati-hati sebanyak 7 mL H2SO4 ditambahkan ke dalam larutan. Larutan yang berwarna oranye merah ini didinginkan pada temperatur kamar. Lalu sebanyak 0,065 mol sikloheksanol dicampur dengan 25 mL air pada erlenmeyer 250 mL. Larutan dikromat ditambahkan ke dalam larutan sikloheksanol dan diaduk. Temperatur dijaga pada 550C dengan jalan didinginkan dalam air es. Kemudian labu erlenmeyer dipindahkan dan sebanyak 0,2 gram asam oksalat ditambahkan ke dalam campuran. Campuran ditambahkan 35 mL air, kemudian diekstraksi dengan 25 mL eter sebanyak 3 kali. Lapisan eter digabung, kemudian dicuci dengan menggunakan air dan Na-bikarbonat, dipisahkan dan lapisan eternya dikeringkan dengan menggunakan zat anhidrous. Larutan kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam labu 50 mL, kemudian alat destilasi disiapkan. Destilasi campuran pada suhu 500C-600C untuk mengambil eter dari campuran yang mendidih pada 340C. Destilasi dilanjutkan dengan menaikkan suhu mencapai 1600C untuk memperoleh cairan tidak berwarna sikloheksanon yang mendidih pada suhu 1520C-1550C, hasilnya ditimbang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Volume sikloheksanon yang diperoleh adalah 4 mL. Sikloheksanon yang diperoleh tidak berwarna.
Jadi massa sikloheksanon adalah:
Massa C6H11O = Volume sikloheksanon x ρ
                          = 4 mL x 0,95 g/mL
                          = 3,8 gram
Berdasarkan perhitungan teoritis, perhitungan massa sikloheksanon yang diperoleh adalah sebagai berikut:
C6H11OH(l) + H2CrO4(aq) →  C6H11O(l) + HCrO3-(aq) + H3O+(aq)
Produk sikloheksanon yang dihasilkan hanya 90% dari jumlah mol sikloheksanol. Jadi, mol sikloheksanon = 0,90 x mol sikloheksanol = 0,9 x 0,065 mol= 0,0585 mol
Massa sikloheksanon= mol sikloheksanon x    Mr sikloheksanon
                                 = 0,0585 mol x99 g/mol
                                 = 5,7915 gram.
Persen rendemennya adalah sebagai berikut.
% rendemen = 65,62 %
Persen kesalahannya adalah sebagai berikut :
% kesalahan = 34,38%

Pembahasan
Berdasarkan prosedur kerja yang telah dilakukan, oksidator yang digunakan untuk mengoksidasi sikloheksanol menjadi sikloheksanon adalah larutan K2Cr2O7 dalam asam yang merupakan oksidator kuat. Pada reaksi oksidasi ini, sikloheksanol dioksidasi dengan pengurangan atom H menjadi sikloheksanon, dan krom mengalami reduksi dari +6 menjadi +4 yang tidak stabil kemudian berubah menjadi +3.
            Sebelum ditambahkan ke dalam sikloheksanol, larutan K2Cr2O7 harus diasamkan terlebih dahulu dengan asam sulfat pekat untuk menghasilkan asam kromat yang merupakan oksidator kuat. Larutan K2Cr2O7 yang berwarna oranye setelah ditambahkan dengan asam sulfat warnanya berubah menjadi oranye kemerahan dan melepaskan panas. Hal ini disebabkan oleh reaksi antara larutan K2Cr2O7 dan asam sulfat pekat menghasilkan kalor (panas). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
K2Cr2O7(aq) + H2O(l) + 2H2SO4(aq) → 2H2CrO4(aq) + 2K+(aq) + 2HSO4-(aq)
            Ketika larutan asam kromat yang berwarna oranye kemerahan ditambahkan ke dalam campuran sikloheksanol dan 25 mL aquades, terjadi perubahan warna campuran menjadi hijau kehitaman. Hal ini disebabkan oleh reduksi ion Cr6+ dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
C6H11OH(l) + H2CrO4(aq) →  C6H11O(l) + HCrO3-(aq) + H3O+(aq)
Ion Cr4+ hasil reduksi ini kurang stabil, kemudian berubah menjadi Cr3+ yang ditandai dengan perubahan warna campuran menjadi hijau.
            Setelah diaduk, suhu campuran dijaga pada 550C dengan mendinginkannya dalam penangas es. Pada proses ini, suhu campuran konstan pada suhu 300C.       
            Kelebihan dikromat dalam campuran kemudian direduksi dengan menambahkan asam oksalat. Reaksi yang terjadi adalah :
Cr2O72-(aq) + 3C2O42-(aq) + 14H+(aq) → 2Cr3+(aq) + 6CO2(g) + 7H2O(l)
            Sebelum diekstraksi, campuran ditambahkan aquades terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan perbedaan kepolaran antara sikloheksanon dengan pengotornya sehingga sikloheksanon akan terpisah dari pengotor yang lain.  Sikloheksanon hasil sintesis diekstrak sebanyak 3 kali menggunakan eter, yaitu dietil eter. Eter digunakan untuk mengekstraksi sikloheksanon karena sifat kepolaran dari eter dan sikloheksanon yang sama-sama sedikit polar. Setelah ditambahkan, terbentuk dua lapisan, lapisan atas merupakan lapisan eter dan sikloheksanon yang berwarna coklat kehitaman dengan massa jenis yang lebih rendah dan lapisan bawah yang merupakan air dan pengotor-pengotor seperti K+, SO42-, Cr3+, and C2O42- yang berwarna hijau kehitaman. Campuran diekstrak sebanyak 3 kali yang bertujuan untuk mengoptimalkan proses ekstraksi, sehingga semakin banyak sikloheksanon yang terekstrak.
            Lapisan eter hasil ekstraksi masih belum murni, dapat mengandung sedikit asam sulfat maupun air. Kandungan asam sulfat dalam lapisan ini dapat dihilangkan dengan cara mencuci lapisan eter dengan aquades yang berfungsi untuk melarutkan asam sulfat sisa dan memisahkannya dari lapisan eter, serta dicuci dengan larutan NaHCO3 yang bertujuan untuk menetralkan asam sulfat yang masih tersisa setelah proses pencucian dengan air tadi. Air dalam lapisan eter dapat dihilangkan dengan penambahan zat anhidrous yaitu CuSO4 anhidrous. Zat anhidrous ini akan mengikat air yang terlarut dalam lapisan eter, dan penambahannya dilakukan sampai warna zat anhidrous ini tidak mengubah warna zat anhidrous menjadi biru lagi.
            Lapisan eter yang telah bebas dari kontaminan kemudian didestilasi untuk memisahkan eter dengan produk sikloheksanon. Pertama-tama, komponen yang menetes terlebih dahulu adalah eter yaitu pada suhu 340C. Kemudian setelah semua eter terpisahkan. Volume sikloheksanon yang diperoleh adalah 4 mL dengan massa 3,8 gram. Berdasarkan teori massa sikloheksanon yang harus didapat adalah 5,7915 gram.
            Perbedaan massa sikloheksanon hasil percobaan dan massa sikloheksanon teoritis dikarenakan oleh kurang optimalnya proses ekstraksi sikloheksanon dari campuran karena eter yang digunakan adalah eter bekas sehingga proses pemisahan tidak berlangsung secara optimal.

KESIMPULAN
             Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikloheksanol dapat mengalami reaksi oksidasi-reduksi menghasilkan sikloheksanon dengan menggunakan oksidator K2Cr2O7 dalam suasana asam. Volume sikloheksanon yang diperoleh 4mL dengan persen rendemen yang diperoleh sebesar 65,62%.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si., selaku dosen pengampu, Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd., laboran Jurusan Pendidikan Kimia, atas arahan dan bimbingan selama melakukan penelitian dan Ni Putu Candra Mahayani serta Ni Made Willy Larashati Anastasia selaku rekan satu kelompok atas dukungan dan bantuannya dalam penelitian maupun dalam penyelesaian artikel ini.

Daftar Pustaka
Fessenden, R., & Fessenden, J. 1982. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga
Nurlita, F., & Suja,  I W. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Suja, I W. & Muderawan, I W. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Suja, I W. & Nurlita, F. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1. Singaraja: Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Singaraja


0 komentar:

Posting Komentar