Pages

Jumat, 11 Desember 2015

SINTESIS DIBENZALASETON MELALUI REAKSI KONDENSASI ALDOL

SINTESIS DIBENZALASETON MELALUI REAKSI KONDENSASI ALDOL

I Putu Pandu Setiawan
Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: pandupendog45@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hasil reaksi kondensasi benzaldehid dengan aseton dan menghitung rendemennya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif. Objek penelitian ini adalah sampel cair tidak berwarna dari aseton dan sampel cair berwarna kuning dari benzaldehid. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hasil reaksi kondensasi benzaldehid dengan aseton adalah dibenzalaseton yang memberikan hasil positif pada uji 2,4-DNP dan uji Br2 dalam CCl4. Persentase rendemen dibenzalaseton adalah 51,61%.

Kata kunci: aseton, benzaldehid, dibenzalaseton, kondensasi aldol

Abstract
The aim of this study was identifying the result of condensation reaction of benzaldehyde with acetone and calculating the yield. The method used in this study was a quantitative analysis method. The object of this study were  colorless liquid sample of acetone and yellow liquid sample of benzaldehyde. Results from the study showed that the results of benzaldehyde condensation reaction with acetone is dibenzalaseton which gives positive results in 2,4-DNP test and test Br2 in CCl4. Dibenzalaseton percentage yield was 51.61%.

Keywords:
acetone, benzaldehyde, dibenzalaseton, aldol condensation




PENDAHULUAN
Di bawah pengaruh basa encer, dua molekul aldehid atau keton yang mengandung atom hidrogen alfa bergabung membentuk β-hidroksialdehid atau β-hidroksiketon. Reaksi ini dikenal sebagai kondensasi aldol. Jika kondensasi terjadi antar molekul yang berbeda, maka disebut kondensasi aldol silang (I Wayan Suja dan Frieda Nurlita, 2004).
Dalam reaksi ini, ikatan karbon-karbon terbentuk antara α-karbon dari satu molekul dengan karbon dari karbonil lainnya. Contohnya yaitu sebagai berikut.
                               

Mekanisme umum untuk kondensasi dengan katalis basa terdiri dari beberapa tahap, yaitu sebagai berikut (Anwar, 1994).
Deprotonasi α-hidrogen oleh basa kuat membentuk resonansi ion enolat yang stabil.

Ion enolat yang terbentuk ini sangat reaktif dan akan bergabung dengan karbonil dari aldehid.
               
Produk dasar dari kondensasi aldol adalah sebuah β-hidroksialdehid yang dapat mengalami dehidrasi menjadi α,β-unsaturated aldehid. Dehidrasi akan terjadi jika ikatan rangkap yang baru terkonjugasi dengan cincin aromatik (Suja, 2003).
         
Jika aldehid atau keton tidak memiliki α-hidrogen, sebuah kondensasi aldol sederhana tidak dapat terjadi.
Kondensasi aldol silang terjadi antara dua senyawa karbonil berbeda. Ada beberapa kondisi yang mendukung kondensasi silang sehingga produk yang dihasilkan hanya satu, yaitu salah satu reaktan tidak mengandung α-hidrogen (seperti aromatik aldehid), reaktan ditambahkan dengan katalis, serta senyawa karbonil yang mengandung α-hidrogen ditambahkan secara perlahan, sehingga karbanion dapat bereaksi sempurna dengan senyawa karbonil (Suja, 2000).
Salah satu contoh kondensasi silang yang akan dibahas adalah dibenzalaseton. Adapun reaksinya sebagai berikut.

METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik jurusan Pendidikan Kimia UNDIKSHA.

Alat dan Bahan
            Terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain labu erlenmeyer, magnetik stirer, stirer root, pipet volumetri, gelas ukur, spatula, kaca arloji, neraca analitik, gelas kimia, sentrifuge, tabung sentrifuge, pipet pasteur, dan cawan porselain.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah benzaldehid, aseton, NaOH, aquades, etanol, HCl, 2,4 dinitrofenilhidrazin, Br2, dan CCl4.

Prosedur Kerja
Metode dari penelitian ini adalah metode eksperimen dengan analisis data secara kuantitatif.  Pertama, labu erlenmeyer 25 mL yang mengandung pengaduk magnet ditempatkan 2,0 mL (2,12 g; 0,020 mol) benzaldehida dan 0,80 mL (0,64 g; 0,011 mol) aseton. Campuran reaksi tersebut ditambahkan 20 mL larutan natrium hidroksida 10% , diaduk selama 30 menit. Hasil reaksi dipindahkan ke dalam tabung sentrifius, disentrifugasi, dan dipisahkan larutannya dengan pipet pasteur. Residu yang berupa endapan selanjutnya ditambahkan 20 mL air, disentrifugasi, dipisahkan airnya, langkah ini diulang hingga airnya bersifat netral (diuji dengan kertas pH). Residu yang dihasilkan selanjutnya dikristalkan dengan melarutkan ke dalam etanol panas dan didiamkan sampai dingin, disentrifugasi dan diambil etanolnya.. Kristal dikeringkan, ditimbang, dan ditentukan titik lelehnya. Kristal yang dihasilkan diuji dengan 2,4-dinitrofenilhidrasin dan Br2 dalam karbon tetraklorida

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kristal dibenzal aseton dengan massa dibenzalaseton sebesar 1,21 gram. Sehingga rendemennya dapat dihitung sebagai berikut.
Perhitungan teoritis
Massa molar dibenzalaseton = 234,43 gram/mol
Mol benzaldehid = 0,02 mol
Mol aseton = 0,011 mol
Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut.
Sehingga mol dibenzalaseton yang terbentuk=
x 0,02 mol= 0,01 mol
Massa dibenzalaseton yang terbentuk:
Mol x massa molar = 0,01 mol x 234,43 gram/mol  = 2,3443 gram
Jadi massa teoritis dari dibenzalaseton yang terbentuk adalah 2,3443 gram.
Perhitungan rendemen
% rendemen =  x 100 %
% rendemen =  x 100%
% rendemen = 51,61%
Jadi rendemen yang diperoleh adalah 51,61% dengan tingkat kesalahan 48,39%

Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan kondensasi aldol yang menggunakan reaktan benzaldehid dan aseton dengan katalis basa (NaOH). Benzaldehid merupakan larutan yang berwarna kekuningan sedangkan aseton merupakan larutan yang berwarna bening. Ketika kedua larutan ini dicampurkan dihasilkan larutan yang berwarna kekuningan. Selanjutnya ke dalam larutan yang berwarna kekuningan ini ditambahkan NaOH 10% secara perlahan dan diaduk selama 30 menit. Berdasarkan hasil pengamatan, penambahan NaOH ini awalnya menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Secara teoritis penambahan NaOH berfungsi sebagai katalis basa yang mempercepat jalannya reaksi. Pada proses pengadukan kali ini praktikan menggunakan bantuan stirer, adapun tujuan pengadukan ini adalah untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi atau dengan kata lain mengoptimalkan reaksi antara benzaldehid dengan aseton agar semua benzaldehid bereaksi sempurna dengan aseton. Setelah didiamkan beberapa saat terbentuk dua lapisan dimana lapisan atas berwarna kuning seperti minyak dan lapisan bawah berwarna putih.
Selanjutnya campuran disentrifugasi selama 1 minggu dan didapatkan endapan kuning-oranye serta terdapat lapisan kuning seperti minyak. Secara teoritis endapan kuning-oranye ini merupakan dibenzalaseton yang merupakan produk dari kondensasi benzaldehid dan aseton. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Adapun reaksi ini terdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut.
Deprotonasi α-hidrogen oleh basa kuat membentuk resonansi ion enolat yang stabil.
               

Ion enolat yang terbentuk ini sangat reaktif dan akan bergabung dengan karbonil dari aldehid.

Selanjutnya benzalaseton ini masih dapat mengalami kondensasi lagi karena masih terdapat α-hidrogen membentuk dibenzalaseton.
               
                        
Setelah didapatkan endapan dari dibenzalaseton, kemudian endapan dipisahkan dari larutannya. Selanjutnya endapan ini ditambahkan dengan 20 ml air. Endapan yang telah ditambahkan dengan air kemudian di sentrifugasi sampai empat kali hingga mendapatkan pH netral. Adapun tujuan sentrifugasi dengan air adalah untuk mencuci endapan agar terbebas dari OH- yang kemungkinan teroklusi pada endapan. Hal ini dikarenakan secara teoritis OH- dapat terlarut dalam air sehingga air dapat digunakan untuk menghilangkan OH- yang menempel pada endapan. Adapun pengujian yang dilakukan untuk mengetahui endapan telah terbebas dari OH- adalah dengan menguji pH.  Pengujian pH ini dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus merah dan biru yang diuji terhadap air yang telah terpisah dari endapan. Endapan dikatakan telah terbebas dari OH- jika pH dari air yang digunakan untuk mensentrifugasi adalah netral. Endapan yang telah dicuci kemudian dikristalkan dengan melarutkan ke dalam etanol panas kemudian didiamkan beberapa saat sampai dingin. Secara teoritis, dibenzalaseton memiliki kelarutan yang rendah dalam etanol panas, oleh karena itulah dipilih etanol panas untuk mengendapkan semua dibenzalaseton yang terbentuk. Berdasarkan hasil pengamatan, endapan yang telah dilarutkan ke dalam etanol menghasilkan larutan yang berwarna merah-oranye. Campuran tersebut kemudian disentrifugasi dan diambil etanolnya.
Setelah disentrifugasi, endapan yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang, dari hasil penimbangan diperoleh massa dibenzalaseton sebesar 1,21 gram. Sehingga rendemennya yaitu sebesar 51,61% dengan persentase kesalahan sebesar 48,39%.
            Adanya tingkat kesalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu reaksi yang terjadi antara benzaldehid dengan aseton kurang sempurna, hal ini dapat terjadi karena pada saat sentrifugasi dan pengocokan menggunakan stirer yang tidak optimal sehingga masih terdapat benzaldehid dan aseton yang belum bereaksi. Selanjutnya untuk mengetahui apakah kristal yang terbentuk merupakan dibenzalaseton maka dilakukan beberapa pengujian.
Adapun pengujian yang dilakukan adalah uji 2,4-DNP dan uji Br2 dalam CCl4. Pada pengujian 2,4-DNP ini larutan 2,4-DNP disiapkan dengan melarutkan senyawa tersebut ke dalam alkohol, dipanaskan, kemudian ditambah dua tetes asam sulfat pekat. Penambahan 2-3 mL reagen ini ke dalam sedikit dibenzalaseton dalam 5-10 mL alkohol berdasarkan hasil pengamatan menghasilkan kristal turunan 2,4 DNP yang berwarna oranye. Secara teoritis apabila dihasilkan endapan koranye menandakan bahwa kristal yang terbentuk positif mengandung gugus keton.
Uji yang kedua adalah uji Br2 dalam CCl4, secara teoritis uji akan bernilai positif jika warna bromin (coklat) menjadi tak berwarna. Hal ini disebabkan karena bromin bereaksi dengan senyawa organik yang memiliki ikatan tidak jenuh dan menghasilkan senyawa visinal dibromida sebagai hasil dari reaksi adisi. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh warna Br2 memudar ketika ditambahkan dibenzalaseton. Hal ini mengindikasikan bahwa kristal yang terbentuk mengandung ikatan tak jenuh.
Berdasarkan pengujian-pengujian yang dilakukan baik itu pengukuran titik leleh, uji 2,4-DNP serta uji Br2 dalam CCl4 mengidikasikan bahwa kristal yang terbentuk dari hasil kondensasi antara benzaldehid dan aseton memang benar adalah dibenzalaseton, dimana dibenzalaseton secara teori mengandung gugus keton, serta mengandung ikatan tak jenuh.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil kondensasi antara benzaldehid dan aseton merupakan dibenzalaseton yang mana hal ini didasarkan atas uji 2,4-DNP serta uji Br2 dalam CCl4. Kristal yang diperoleh ini memberikan hasil positif terhadap uji 2,4-DNP dan uji Br2 dalam CCl4. Adapun rendemen yang diperoleh adalah sebesar 51,61% dengan tingkat kesalahan 48,39%.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si., selaku dosen pengampu, Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd., laboran Jurusan Pendidikan Kimia, atas arahan dan bimbingan selama melakukan penelitian dan I Putu Pandu Setiawan serta Ni Made Willy Larashati Anastasia selaku rekan satu kelompok atas dukungan dan bantuannya dalam penelitian maupun dalam penyelesaian artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., Purwono, B., Pranowo, H. D., Wahyuningsih, T. D. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud
Nurlita, F., & Suja  I W. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Suja, I W., & Muderawan, I W. 2003. Kimia Organik III. Singaraja: IKIP Singaraja
Suja, I W., & Nurlita, F. 2000. Kimia Organik I. Singaraja: STKIP Singaraja





0 komentar:

Posting Komentar